AKUNTANSI
INFLASI
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum atas semua barang dan jasa di dalam suatu perekonomian.Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses pembangunan. Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga, goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di pasar domestik.
Pengukuran
yang selama ini digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical Cost. Metode
historical cost ini menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat historis,yaitu
merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga
disusun berdasarkan prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya
memberikan data kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang
sifatnya material. Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang
akan datang, yang di pengaruhi dari kejadian sebelumnya. Inflasi yang terjadi
di suatu negara akan membawa dampak terhadap laporan keuangan yang disajikan
karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai dengan keadaan
pasar yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu kesatuan
moneter dianggap stabil.
Permasalahan- permasalahan inilah, yang memicu
banyaknya kritik terhadap kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi
khusunya pada masa inflasi. Pada saat inflasi, informasi-informasi yang
disajiakn pada laporan keuangan hanya sia-sia saja karena informasi yang
disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal ini juga yang
memicu munculnya akuntansi inflasi.
Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya
untuk menyusun laporan keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan
nilai beli uang pada laporan keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan
satuan mata uang pada tingkat harga yang berlaku saat itu bukan lagi harga
historis.
Metode
Akuntansi Inflasi
Metode yang digunakan dalam akuntansi
inflasi = metode penentuan laba. Untuk menyusun laporan keuangan pada masa
inflasi agar lebih relevan dapat digunakan beberapa metode:
1. General Price Level
Dalam metode General Price Level
misalnya metode historical cost disesuaikan dengan perubahan tingkat harga
sehingga pada masa inflasi GPL ini lebih besar daripada nilai historical cost.
Keuntungan GPL adalah sebagai
berikut:
·
Dapat
menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan
·
Dapat
meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antar periode
·
Membantu
pemakai laporan menilai arus kas dimasa yang akan datangsecara lebih baik
·
Memperbaiki
tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitungdari angka-angka
laporan keuangan yang sudah disesuaikan.
Kelemahan GPL adalah sebagai
berikut:
·
Inflasi itu
terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak bisa
disamaratakan
·
GPL tidak
bermakna bagi perusahaan
·
Angka yang
disesuaikan tidak menggambarkan arus kas
·
Rasio itu
adalah indikator mentah
2. Current Cost Accounting
Edgar Edwards dan Philips Bell
(1961) merupakan tokoh yang paling gencar mempromosikan konsep CCA ini. Menurut
mereka yang dibutuhkan oleh manajer adalah bagaimana mereka mengalokasikan
sumber-sumber ekonomi yang ada. Berikut ini adalah beberapa bentuk current
cost:
a.
Replacement Cost
nilai yang diukur saat ini (current cost)
untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya dengan kapasitas produksinya
yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan pada aktiva
nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan
menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah
dipakai. Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa
inflasi sering terjadi backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo
negatif. Pada masa inflasi nilai dari replacemet value ini lebih besar dari
general price level.
b.
Reproduction cost
harga itu diukur berdasarkan harga
sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti barang yang dimiliki
itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi aktiva yang
dibuat itu
c.
Net Realizable Value
merupakan harga jual dikurangi taksiran
biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net relizable value ini lebih
besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin menjual barangnya
tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam metode ini
dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal
dibandingkan dengan pada akhir periode.
d.
Selling Price
Di sini
nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga
laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar
daripada net realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.
e.
Expected Value
Metode ini sangat tergantung pada
pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih kecil dibanding dengan
metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari present value kas
di masa yang akan datang.
3. Monetary – Non Monetary Item
Monetary item adalah aktiva atau
kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang yang tetap misalnya kas,
piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah nilai uangnya yang
tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa ada
perubahan. Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak
ditetapkan menurut kontrak perjanjian.
as di masa yang akan datang.
http://andrianti-putri.blogspot.com/2011/04/istilah-akuntansi-inflasi.html
http://ianyundyun.blogspot.com/2012/06/akuntansi-inflasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar